Postingan

Jatuh tanpa rencana

Beberapa dari kita, ada yang paham bagaimana rasanya jatuh pada seseorang yang mungkin nggak akan pernah bisa untuk kita. Sekarang, aku mengerti bahwa, jatuh cinta itu benar- benar jatuh. Jatuh tanpa rencana itu sulit sekaligus senang. Aku paham bahwa tidak semua perasaan harus dipaksakan. Semua memiliki porsi perasaannya masing- masing. Menjemput seseorang untuk diajak mengulang masa lalu itu nggak akan mengembalikan rasa senang seperti dulu.  Aku bingung. Sedang bingung. Akhir- akhir ini, selalu memikirkan tentang bagaimana menghadapi perasaan sendiri. [perasaan yang pemiliknya saja tidak tahu maunya apa. Aku nggak tahu ini namanya apa. Karena kalau disebut jatuh cinta, rasanya terkesan masih awal sekali. Kalau ditanya soal jatuh, aku sudah jatuh padamu sejak awal. Iya, sejak di barisan  paling belakang, saat kamu berdiri tepat di sampingku. Berusaha menghiburku walau saat itu rasanya sedang kacau sekali. Dan masih ada banyak lagi kenangan- kenangan yang masih tersusun rapi di kepala

Ungkapan rindu yang tak tersampaikan (lagi) . . .

Kehadiran lebih berarti dari segalanya Entah kenapa, lagi- lagi perasaaan itu datang. Aku tahu kamu sudah jauh, jauh dari perasaan itu, tapi aku masih terus saja terjebak dengan rasa jatuh sejatuh- jatuhnya aku kepadamu. Aku merindukanmu, sebagaimana dulu waktu aku belum berani mengutarakannya pada siapa pun, termasuk diriku sendiri.  Niel, kamu mengajariku bahwa jatuh cinta bukan hanya soal senang, tapi juga kesedihan. Dari semua perasaan ini, aku menjemput kesepian. Menolak berdamai dengan hati sebab sulit sekali rasanya untuk buka hati dengan yang lain. Aku tahu harus lebih bijak dalam memaknai perjalanan. Tapi bagaimana jika perasaan itu masih sulit dilupakan. Aku nggak tahu, sampai kapan perasaan ini akan terus menggangguku. Aku merasa kehilangan setelah aku sadar bahwa ternyata jauh darimu tidak benar- benar membuatku senang. Aku sangat kehilangan cerita itu. Sangat merindukannya.  Kamu sedang apa? Semoga selalu baik, ya. kalau pertemuan bisa mengobati rasa rindu tanpa ada kata k

Lampau yang usang

Untuk apa kita mengejar cahaya yang melekat erat pada sekujur tubuh yang basah karena rintik hujan Rintik hujan yang usai setelah kau melambai Kita tak perlu menjemput kesepian. Tak perlu bicara pada keramaian. Meminta maaf, untuk apa? Dia sudah kokoh dengan putusannya. Ikhlas, ikhlas, katanya. Sulit. Andai dia tahu, mungkin pohon-pohon yang mendadak mati sudah dimaklumi. Mungkin bunga liliy yang kini sudah tidak ceria sudah tidak dibeli di tokonya. Mungkin bulan yang sedang mengintip asmara nya sedang cemburu.  Tidak ada yang pernah tau bagaimana rasanya panas memburu jiwa yang amat dalam terikat dengan kasih sayang. Terlalu. Ya. Terlalu. . Komputer yang kupakai mengetik namamu sudah usang. Sudah rusak. Layaknya hati yang sebenarnya pantas mendapat risiko itu. Layaknya kaki yang terus dipaksa untuk berjalan di atas aspal tanpa pepohonan. Layaknya sumur yang berisi air suci untuk menenangkan masalah.  Sudah, sudah. Aku akan berhenti. Sebab usang sudah bosan perang tanpa tahu siapa yang

Jangan bersembunyi

 Jangan bersembunyi Ku mohon, jangan pergi untuk yang kesekian kalinya Jangan Beri aku segelas air agar tak kering dalam sudut mataku Dan kini kau malah mengajakku menuju malam yang mewah Berharap untuk tidak berakhir di sini Sekali- kali jangan Jarum jam terus berputar, mengajak kami makan malam Sementara kau sibuk dengan isi kepala Angin memeluk diriku lebih erat dari genggaman tanganmu Dan kini tubuhku cemburu Sejadi- jadinya Kau siap memberi cerita yang baru saja kau rancang dalam kepala Tapi aku tak juga mendengarnya Beri aku sedikit saja, apa pun segala  tentangmu Namun kau malah menolak. Tidak penting katamu. Pendengar yang tidak ingin didengar Kau malah pergi meninggalkanku bersama gelap, menyatu bersama hitam yang amat kelam seperti perasaanku Kau pergi. Seolah bersembunyi di balik muara yang tak pernah tertera dalam hidup Lalu aku pun bicara, jangan bersembunyi di balik pelukan palsu yang sebenarnya perasaanmu sudah lesu.

Kamu tahu

 Kamu tahu Kamu tahu aku memasang serpihan petunjuk yang sampai sekarang tak juga selesai Kamu tahu sungai yang mengalir deras kini berubah menjadi genangan yang tak terhitung karena kenangan  Tak ada yang berani menyentuhnya karena terlalu sepi suasananya Kamu tahu, rinduku adalah kamu. Dengan sekeping rasa yang tak berarti untukmu, bagiku adalah sesuatu yang entah berharga atau tidak, tapi tetap ku genggam utuh.  Benang kusut yang mengitari malam ku berubah menjadi petunjuk menuju rumahmu Tapi tak juga kudapatkan di mana kamu dan sedang apa Kamu tahu, sungggu menyiksa menunggu waktu menjemput sepi demi rindu yang ingin sekali dimaafkan.

U N I F E S T

 Tiga tahun yang lalu. . Tiga tahun yang lalu kita jadi panitia di acara itu. Kamu, aku, kita masih sama-sama. Kita yang sibuk jadi penyelenggara acaranya. Dan sekarang, tepatnya 1 hari sebelum acara itu hadir lagi, aku yang diundang dalam acara itu. Acara yang pernah ada sepanjang perjalanan. Acara yang nggak bisa aku lupain karena pernah ada cerita di dalamnya. Sekarang aku datang ke acara itu lagi. Tapi nggak sama kamu.  Seneng rasanya bisa diundang sekaligus dateng ke acara itu, tapi nggak sesenang dulu. Nggak sesenang waktu acara tiga tahun yang lalu saat kita masih dekat. Nggak seceria waktu pertama kali sekaligus untuk terakhir kalinya kita foto di akhir acara itu. Aku juga masih ingat waktu 1 hari sebelum acara berlangsung (tiga tahun yg lalu) kamu bilang, "Semangat ya besok! :) ."  Aku kangen. Aku kangen semangat- semangat kecil dari kamu kayak gitu.   Aku kira kamu diundang juga untuk besok. Tapi ternyata nggak. Aku pasti seneng kalo besok ternyata ada kamu, Niel. K

Sedih yang tak kunjung berakhir

 Kesedihan yang tak kunjung berakhir . . Beberapa kesedihan memang harus dituliskan. Kesedihan hanya butuh ruang. Dan satu- satunya ruang yang mampu menampung segala perasaan itu cuma satu, diri kita sendiri. Hari kesekian kali aku menulis di sini. Hari ini, hari- hari terakhir penuh dengan kegelisahan, kekhawatiran, kebingungan. Semua perasaan itu memang tidak banyak yang tahu. Perasaan yang tak kunjung juga berakhir dan terus menerus menelusuri langkahku setiap hari. Aku tahu seharusnya aku tidak memikirkanmu lagi. Tapi bayangan itu muncul dengan sendirinya. Bayangan yang membuat aku selalu berpikir, "Kenapa harus datang lagi? Kenapa?" Belum cukup ya melihat aku resah sendiri dengan rindu yang terus menerus menghantuiku setiap malam.  Ku pikir sejak kata perpisahan itu diucapkan, semua yang berhubungan dengan mu akan putus dari kepalaku, dari semua pikiranku, dari segala milikku. Ternyata tidak. Tidak sepenuhnya pergi. Ada kalanya kenangan itu datang lagi. Sampai aku bosan