Sedih yang tak kunjung berakhir

 Kesedihan yang tak kunjung berakhir



.

.

Beberapa kesedihan memang harus dituliskan. Kesedihan hanya butuh ruang. Dan satu- satunya ruang yang mampu menampung segala perasaan itu cuma satu, diri kita sendiri. Hari kesekian kali aku menulis di sini. Hari ini, hari- hari terakhir penuh dengan kegelisahan, kekhawatiran, kebingungan. Semua perasaan itu memang tidak banyak yang tahu. Perasaan yang tak kunjung juga berakhir dan terus menerus menelusuri langkahku setiap hari.



Aku tahu seharusnya aku tidak memikirkanmu lagi. Tapi bayangan itu muncul dengan sendirinya. Bayangan yang membuat aku selalu berpikir, "Kenapa harus datang lagi? Kenapa?" Belum cukup ya melihat aku resah sendiri dengan rindu yang terus menerus menghantuiku setiap malam. 


Ku pikir sejak kata perpisahan itu diucapkan, semua yang berhubungan dengan mu akan putus dari kepalaku, dari semua pikiranku, dari segala milikku. Ternyata tidak. Tidak sepenuhnya pergi. Ada kalanya kenangan itu datang lagi. Sampai aku bosan untuk menerima dengan lapang dada. Karena kamu tidak tahu betapa menyiksanya perasaan rindu yang datang ketika aku merasa sendirian. Kamu tidak tahu kan? Kamu tidak tahu  bagaimana rasanya merindukan seseorang yang sudah ingin sekali kamu lupakan, tapi ternyata wajahnya malah menggagalkan usaha mu dalam hal melupakan. Kamu tidak tahu bagaimana rasanya. 

Kamu juga tidak tahu bagaimana rasanya merindukan seseorang tetapi kamu tidak bisa melakukan apa- apa, walau hanya sekadar bilang   "aku kangen, ingin sekali ketemu kamu." 

Dan saat itu, kamu tahu betapa sakitnya dan betapa hancurnya aku setiap merindukanmu dan yang hanya bisa kulakukan hanya diam. Memeluk segala kerinduan itu erat- erat, menyisakan kesedihan yang sudah lama tidak tersimpan dan sudah tiba saatnya untuk aku rasakan (lagi).


Aku tahu kata perpisahan itu sudah sama- sama kita ucapkan. Tapi tidak dengan baik- baik. Dan inilah risikonya, merasakan rindu sendirian. 

Aku ingin sekali tahu kabarmu. Iya, kabarmu. Tapi terlalu takut untuk menanyakan hal itu padamu. Maka, aku memutuskan untuk tidak mencari jawabannya. Biarkan pertanyaan itu terus berputar dalam kepalaku daripada aku harus tahu kabar yang boleh jadi kabar itu adalah kabar yang tidak seharusnya aku dengar. 


Karena betul kata Rintik Sedu, "Dia apa kabar ya?" adalah pertanyaan yang biar saja seterusnya menjadi pertanyaan. Karena "nggak tahu" adalah jawaban yang kita butuhkan. 

.
.


Aku merindukanmu. Baik- baik, ya. Karena hanya itu yang aku ingin. 😔






Hari- hari setelah tiga tahun tanpamu. 
Dan aku masih sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Pantun

Hari Baru

U N I F E S T