Ungkapan akhir tahun

Titik temu antara kita itu ga ada.


Di ujung tahun ini, lagi- lagi aku mengikhlaskanmu. 
Biarkan seluruh perasaanku jatuh dan berguguran bersama tanah yang terpijak oleh ribuan manusia.
Biarkan rinduku mengalir seperti sungai yang tidak pernah ada batasnya. 
Waktu terus berputar, tapi aku tak juga sadar bahwa apa yang kusimpan hanya menumbuhkan luka baru tanpa makna. 

Memaknaimu sama seperti ingin mendaki tanpa petunjuk. Aku akan tersesat dan mati bersama perasaan yang terus ingin berlama- lama, padahal aku tahu perasaan ini tidak pernah ada yang menerima. 



Di ujung tahun ini, kita tak kunjung bertemu.
Sulit rasanya menerima bahwa kamu nyata di sampingku hanya dalam mimpi. 
Hingga akhirnya aku menepi sejenak, mencoba untuk berdamai dengan perasaan sendiri. Sebab walau tidak bisa lupa, setidaknya bisa menerima. 
Harapanku jatuh berhamburan seperti daun yang mengering jatuh dari pohon lalu terbawa oleh angin entah kemana.
Kamu tak pernah habis untuk diceritakan, sebab butuh ribuan lembar kertas kosong dan pena untuk menuliskanmu. Tentang bagaimana manusia yang bisa menyebalkan sekaligus menyenangkan. Tentang bagaimana sosoknya yang selalu terasa di dekatku, walau sebenarnya saat itu jauh. 


Aku selalu percaya bahwa semesta punya rencana yang baik. Tapi aku juga berpikir apakah pertemuan itu bagian dari hal- hal yang baik? Lantas kenapa yang baik harus mengecewakan? 
Pertemuan yang tidak seharusnya memiliki garis finish. Sebab kita bukan perlombaan. Kita tidak sedang saling menunjukkan siapa yang lebih menyayangi dan lebih peduli, bukan? 

Setiap awal pasti ada akhir. 
Tapi apakah perpisahan selalu dimaknai dengan selesai? 
Apakah menyayangi ada batasnya?
Dan kenapa setiap mengingatmu selalu menghangatkan perasaanku?
Ku pikir kamu tahu jawabannya, entah satu atau dua kalimat yang bisa kudengar darimu.



Satu tahun yang penuh cerita . . .
Ada banyak sekali hal- hal yang sudah lama tersimpan dan ingin disampaikan, tapi tak pernah bisa. 
Terlalu keras kepala bila aku mengatakn bahwa aku kehilanganmu. Sebab aku tak pernah memilikimu. 
Entah apa namanya dan bagaimana bentuknya, tapi ada yang hilang dariku, sejak obrolan kecil itu tak pernah terjadi lagi. 
Tapi kita tahu, kita cuma manusia. Cuma bisa berencana dan menerima. Perkara kecewa dan patah hati, itu sudah menjadi makanan sehari- hari dalam jatuh cinta. 

Tapi kamu lebih tangguh soal itu. Soal menerima dan melupakan, kamulah pemenangnya. Jauh berbeda dengan aku yang sulit untuk lupa moment- moment kecil menyenangkan saat bersama orang yang menyenangkan seperti kamu. 

Kenangan itu berlalu- lalang di kepalaku, berlayar di dalam lautan tubuhku, mengalir deras di sudut mataku. Dan aku hanya bisa kelu, diam membisu. Sebab tak perlu ku katakan, barangkali rinduku juga sampai di dalam hatimu.



Manusia adalah lautan kehidupan. Berjuta cerita di dalamnya.
Perasaanku adalah lautan kasih sayang. Berjuta kenangan dan rindu yang sangat dalam. 


Perasaan  cuma- cuma, sebab titik temu antara kita tidak ada. Kini aku sendiri, menjaga jarak dari berbagai perasaan baru yang mencoba untuk masuk. 

Di ujung tahun ini, jarak semakin membentang dan tidak berpihak padaku. Sebab ada mimpi- mimpi yang cemburu padaku untuk lebih diperhatikan. Percayalah, jangan ragu untuk datang kepadaku suatu saat nanti, walau hanya sekadar memberi kabar selayaknya teman. Karena teman tidak akan pernah selesai, bukan? 


Ikatan itu tidak pernah ada untuk kita.
Sebab titik temu antara kita tidak ada.
Tapi ketahuilah, takdir tidak pernah ada yang tahu termasuk kita. 





-2020, penuh cerita-
Biarlah segala kehilangan yang terjadi, sembuh dengan sendirinya. 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Pantun

Hari Baru

U N I F E S T