Waktu

 Saya pikir saya keliru. Entah apa yang membuat saya belum bisa juga lepas dari memori yang sudah saya usahakan untuk pergi. Saya pikir, 2 tahun lamanya sudah cukup untuk menghilangkan yang ada. Nyatanya, enggak. Ini bukan soal waktu berapa lama saya bisa bertahan atau menyerah, bukan. Ini soal ikhlas yang mungkin saja belum sepenuhnya ada. Saya kira, kamu orang yang tepat. Tapi ternyata salah. Saya bahkan enggak bisa tahu bagaimana kabarmu dan kabar kelulusanmu sampai- sampai saya harus mencari nya sendiri. Untuk semua yang hilang, boleh tidak kalau aku minta sekali untuk kembali? Katanya, yang hilang belum tentu hilang. Dia cuma pergi. Tapi buatku, kamu benar- benar hilang. Dari semua rasa yang pernah aku rasakan, ini adalah pertama kalinya aku merasa begitu kehilangan. Begitu merindunya. Sendu dan lara mungkin sudah tidak bisa dibedakan. Bahkan memang sepasang rasa yang memang harus menyatu. 


"Tidak perlu lah kamu tahu apa maksudnya, biar kepalaku yang memaknainya sendiri." Kalimat ini selalu membuat aku percaya diri untuk menuliskan apa yang mengganggu pikiranku saat tidak mengenal waktu. 

Waktu, ini cuma soal waktu. Yang tak terhingga entah sampai kapan, dan tidak tahu bagaimana nasibnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Pantun

Hari Baru

U N I F E S T